Rabu, 06 November 2019

PENGUKURAN ROM


NAMA : RADHIKA HASNA FATINNIM : E2018051DIPLOMA DIV FISIOTERAPI 


ROM (Range Of Motion)


ROM (Range Of Motion) merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal, dan frontal,dan  latihan fisik menggerakkan anggota badan dan anggota gerak secara teratur baik dibantu maupun secara mandiri yang berguna untuk melatih otot-otot yang mengalami kekakuan
Tujuan pengukuran ROM adalah :
1.      Mengetahui lingkup gerak satu sendi dibandingkan sendi lainnya. Misalnya antara sendi yang sakit dengan sendi yang normal
2.      Mengevaluasi keberhasilan intervensi atau pemberian terapi
3.      Mendokumentasikan kemajuan lingkup gerak suatu sendi
4.      Membantu meningkatkan motivasi pasien
5.      Dapat digunakan untuk penelitian
   Jenis Pengukuran ROM
1.      Metode pengukuran ROM
Metode dalam pengukuran ROM dapat dilakukan secara :
a.       Aktif ROM
Gerakan sendi yang sepenuhnya dikontrol oleh otot pada sendi yang bersangkutan sehingga dikenal dengan internal force ROM.
b.      Pasif ROM
Gerakan sendi yang sepenuhnya ditimbulkan oleh usaha dari luar dengan bantuan orang lain/fisioterapis, pengaruh gravitasi, dan atau alat tertentu, sehingga dinyatakan sebagai eksternal force ROM.
c.       Aktif-Assistif ROM
Perubahan ruang lingkup gerak sendi yang terjadi karena selain dikontrol oleh otot disekitar sendi juga dibantu dari luar/fisioterapis.
2.      Jenis Pengukuran ROM
a.       ZSP (zero starting position)
Posisi awal gerakan (sendi lurus) dikatakan sebagai 0 derajat bukan 180 derajat, berarti awal gerakan dimulai dan menjauhi tubuh ke arah mendekati tubuh.
Metode tersebut dikenal juga dengan sebutan ISOM (International Standard Orthopedic Measurement). Beberapa kekhususan metode pengukuran ROM dengan ISOM adalah :
1)      Cara penulisan yang disingkat : F 0 . 0 . 135° akhir gerakan ke arah mendekati tubuh (dibuat dalam 3 kategori angka numerik).
a)      Huruf F menunjukkan bidang gerak yaitu frontal
b)      Angka numerik 0 yang pertama menunjukkan angka hiperekstensi, contoh -15° adalah hiperekstensi elbow joint
c)      Angka numerik 0 yang kedua menunjukkan angka posisi netral elbow joint
d)      Angka numerik yang ketiga (misalnya 135°) menunjukkan full fleksi elbow joint.
2)      Makna dari penulisan
a)      Ada atau tidaknya hiperekstensi
b)      Ada atau tidaknya stiffness joint yang dinyatakan dalam derajat tertentu.
c)      Ada atau tidaknya posisi lingkup gerak sendi yang ada yang dinyatakan dalam derajat tertentu
3)      Makna dari cara pengukuran
Diukur berdasarkan derajat-derajat dari limitasi dan atau lingkup gerak sendi yang ada, sehingga pengukuran ZSP/ISOM tersebut praktis namun memiliki multi interpretasi.
b.      Metode pengukuran konvensional
Pengukuran ROM yang dimulai dan diakhiri sesuai dengan arah dan bidang gerak sendi. Misalnya dari arah fleksi elbow ke ekstensi dan atau arah ekstensi elbow ke fleksi, sehingga cara membacanya harus selalu dicantumkan arah gerakan sendi, misalnya arah gerakan dari ekstensi ke fleksi elbow atau dari fleksi ke ekstensi elbow. Pada metode pengukuran tersebut ditentukan lingkup ROM yang limitasi yang kemudian digabung dengan lingkup ROM yang tersedia serta tidak ditentukan bidang gerak sendi yang ada.
c.       Metode pengukuran lingkup multisendi
Metode pengukuran lingkup multisendi berdasarkan teori dari Djohan Aras. Metode pengukuran beberapa sendi yang dilakukan sekaligus secara bersamaan dengan menggunakan meteran untuk mengetahui seberapa besar perubahan lingkup sendi yang terjadi secara bersama-sama. Pada umumnya digunakan pada sekumpulan sendi yang posisinya saling berdekatan misalnya pada kolumna verttebralis, karena pada kolumna vertebralis sulit diukur lingkup sendinya pada setiap ruas sendi vertebra. Contoh pengukuran lingkup sendi fleksi pada regio lumbosakral.
3.      Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran ROM
a.       Rehabilitas :
Hilangkan faktor penghambat seperti pakaian, variasi posisi, jam, dsb.
b.      Umur:
1). Pada umur 20-30 tahun terjadi perubahan ROM
2). ROM stabil pada usia >30-60 tahun dalam artian perubahan lingkup gerak sendi relatif stabil
3). Usia >60 tahun akan terjadi perubahan-perubahan berupa penurunan ROM karena faktor degeneratif.
c.       Jenis Kelamin:
Wanita cenderung lebih besar ROMnya dibandingkan pria
d.      Sisi dominan:
Normal gerak sendi tidak ada perbedaan kanan dan kiri
e.       Tipe gerakan:
Gerakan yang dilakukan apakah gerakan aktif, pasif, ataupun aktif-assistif
f.       Validitas alat ukur:
Alat ukur yang digunakan adalah goniometer yang sesuai dengan ciri sendi. Misalnya sendi yang besar menggunakan goniometer yang besar, dsb.
g.      Tingkat pengetahuan dan penguasaan fisioterapis
Melakukan pengukuran dengan cara menentukan titik ukur yang akurat, dan melakukan interpretasi berdasarkan parameter alat ukur ROM yang baku pada setiap sendi.
4.      Prinsip pengukuran ROM
a.       Positioning pasien
b.      Ketersediaan alat ukur (jenis-jenis goniometer) dan parameter
c.       Akurasi fisioterapis yang melakukan pengukuran
5.      Praktek melakukan pengukuran ROM
a.       Persiapan
1). Siapkan pasien dalam tanpa penghalang
2). Mempersiapkan alat/jenis-jenis goniometer
3). Mempersiapkan protap pengukuran ROM
b.      Pelaksanaan
1). Fisioterapis memposisikan pasien sedemikian rupa, mempersiapkan goniometer sesuai dengan sendi yang akan di ukur serta parameter pengukuran berdasarkan protap
2). Berkomunikasi kepada pasien tentang tujuan pengukuran
3). Fisioterapi menentukan titik fulcrum pada sendi yang akan diukur, tangkai fixator  pada goniometer diletakkan pada medial lain bagian sendi inmobile, sedangkan tungkai goniometer yang lainnya diposisikan pada medial line bagian sendi yang mobile, selain itu jika menggunakan meteran, maka pasien diposisikan berdiri pada posisi ekstensi mulai dari C0 ke S1 (dapat dimodifikasi) kemudian pasien dihiperfleksikan lalu fisioterapis membandingkan antara posisi terpendek pada hiperekstensi ke posisi terpanjang pada posisi hiperfleksi kolumna vertebralis. Parameter normal jika mencapai selisih 10 cm. Kurang dianggap hipo, dan lebih dianggap hiper. Sedangkan penggunaan inklinometer , yakni posisi pasien sedemikian rupa, lalu inklinometer diletakkan pada titik fulcrum yang telah ditentukan (posisi netral) kemudian pasien melakukan gerakan aktif atau pasif lalu diliat pada angka inklometer kemudian membandingkan dengan parameter yang ada untuk diinterpretasikan, kemuian dicatat.
4). Fisioterapis memberikan instruksi kepada pasien sesuai dengan jenis pengukuran ROM yang dikehendaki (misalnya gerakan aktif, pasif, atau aktif-asisstif) dan pada akhir lingkup gerak sendi fisioterapis membaca nilai yang tertera pada goniometer.
5). Fisioterapis menginterpretasikan nilai akhir pada ROM yang dicapai dengan membandingkan parameter pengukuran sendi yang tersedia, lalu didokumentasikan.
6.      ROM normal setiap regio

Pengukuran LGS Tiap Sudut Persendian Manusia
ROM Cervical spine (LGS Leher)
Fleksi = 0-80 derajat
Ekstensi = 0-50
Total Fleksi / ekstensi = 0-130
Lateral side Fleksi = 0-45
Rotasi masing masing sisi = 0-80

ROM Shoulder (LGS bahu)
Flexi = 0-165 derajat
Ext = 0-60
Abd = 0-170
Int. Rot abduksi = 0-70
Ekst. Rot abduksi = 0-100

ROM Elbow (LGS siku)
Flexi = 0-145
Ext = 0
Pronasi = 0-75
Supinasi = 0-80

ROM Wrist (LGS Pergelangan tangan)
Flexi = 0-75
Ext = 0-75
Radial Deviasi = 0-20
Ulnar Dev = 0-35
Pronasi = 0-75
Supinasi = 0-80

ROM Thumb (LGS Jempol tangan)
IP joint Flexi = 0-80
IP joint ext = 0-20
MP joint Flexi = 0-55
MP joint Ext, pasif =0-5

ROM Metacarpal (LGS Telapak Tangan)
Metacarpal Abduksi = 0-20
Metacarpal Flexi = 0-15

ROM Finger (LGS Jari - jari tangan)
MP joint Fleksi = 0-90
MP joint, pasif Hiper ekstensi= up to 45
Proximal IP joint, Flexi = 0-100
Distal IP joint, Flexi = 0-80

ROM Toraco lumbar spine (LGS Tulang Belakang)
Thoracic spine Flexi = 0-45
Lumbar spine Flexi = 0-60
Kombinasi lateral Flexi dan masing -masing sisi = 0-30
Thoracic spine rotasi masing - masing sisi = 0-40

ROM HIP (LGS Paha)
Flexi = 0-120
Ekstensi = 5-20
Abduksi= 0-40
Adduksi = 0-25
Int. Rot 90 Flexi = 0-45
Ext. Rot 90 Flexi = 0-45
Int. Rot ext = 0-35
External Rot ext = 0-45

ROM Knee (LGS Lutut)
Flexi =0-135+
Ext =0

ROM Ankle (LGS Tumit)
Dorso Flexi = 0-15
Plantar Flexi= 0-55

ROM Foot (LGS Kaki)
Inversi heel = 0-20
Eversi heel = 0-10
Total supinasi forefoot = 0-35
Total pronasi forefoot = 0-20

ROM Great Toe (LGS Jempol Kaki)
Flexi MP = 0-40
Ext MP = 0-65
Flexi IP = 0-60
Ext IP =0

End Feel
Pada pemeriksaan ROM pasif struktur unik pada tiap sendi dapat terasa, beberapa sendi ROM nya dibatasi oleh kapsul sendi, ada juga yang dibatasi oleh ligamen, batasan gerak normal yang lainnya adalah oleh ketegangan otot, benturan permukaan sendi dan jaringan lunak. Tipe setiap struktur yang membatasi ROM mempunyai karakteristik rasa, yang dapat terasa dengan pemeriksaan sendi pasif. Rasa yang bisa di rasakan oleh seseorang yang melakukan pemeriksaan pada akhir ROM pasif tersebut dinamakan end feel.




Tidak ada komentar

Posting Komentar

© Physiotherapy Aiska 18
Maira Gall