Rabu, 06 November 2019

Nama: Mia Kurnia Wati
Nim: E2018039

Pengukuran Kekuatan Otot dengan Manual Muscle Testing (MMT) dan 1 RM
(Repetisi Maksimum)

Hasil gambar untuk sop pemeriksaan mmt

Ada banyak hal yang bisa mempengaruhi kekuatan otot, seperti operasi, cedera, atau penyakit tertentu. Malas berolahraga juga dapat menurunkan kekuatan otot yang dapat membuat Anda rentan mengalami cedera saat beraktifitas. Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk berkontraksi dan menghasilkan gaya. pasien biasanya dianggap membutuhkan penilaian kekuatan otot apabila:
Ø  pasien yang terindikasi telah mengalami stroke
Ø  pasien yang telah mengalami trauma seperti habis kecelakaan
Ø  pasien trauma kapitis atau trauma kepala.

Pengukuran kekuatan otot bisa dilakukan dengan Manual Muscle Testing (MMT) atau dinamometer. MMT dan dinamometer adalah metode yang paling sering digunakan di klinik-klinik fisioterapi untuk mengukur kekuatan otot.
Manual Muscle Testing (MMT) adalah metode pengukuran kekuatan otot paling populer dan banyak dilakukan oleh fisioterapis. Dalam pemeriksaan MMT, fisioterapis akan mendorong tubuh Anda ke arah tertentu dan Anda diminta menahan dorongan tersebut, lalu fisioterapis mencatat score atau nilai kekuatan otot Anda, besarnya tergantung pada seberapa banyak Anda mampu menahan dorongan tadi.

MANUAL MUSCLE TESTING (MMT):
Nilai 0 : Tidak ada kontraksi atau tonus otot sama sekali.
Nilai 1 : Terdapat kontraksi atau tonus otot tetapi tidak ada gerakan sama sekali.
Nilai 2 : Mampu melakukan gerakan namun belum bisa melawan garvitasi.
Nilai 3 : Mampu bergerak dengan lingkup gerak sendi secara penuh dan melawan gravitasi tetapi belum bisa melawan tahanan minimal.
Nilai 4 : Mampu bergerak penuh melawan gravitasi dan dapat melawan tahanan sedang.
Nilai 5 : Mampu melawan gravitasi dan mampu melawan tahanan maksimal.


Cara pemeriksaan kekuatan otot:
1.      Minta klien untuk berdiri, amati struktur rangka dan perhatikan adanya kelainan dan deformitas.
2.      Amati adanya kontraktur dengan meminta klien untuk menggerakkan persendian ekstremitas.
3.      Minta klien merentangkan kedua lengan kedepan, amati adanya tremor, ukuran otot (atropi, hipertropi), serta ukur lingkar ekstremitasnya (perbedaan >1cm dianggap bermakna). Palpasi otot untuk memeriksa apakah ada kelainan otot.
4.      Sternocleidomastoideus: klien menengok ke salah satu sisi dengan melawan tahanan tangan pemeriksa.
5.      Trapezius: letakkan kedua tangan pada bahu klien, minta klien menaikkan bahu melawan tahanan tangan pemeriksa.
6.      Deltoideus: minta klien mengangkat kedua lengan dan melawan dorongan tangan pemeriksa ke arah bawah.
7.      Otot panggul: posisikan klien telentang dengan kedua tungkai ekstensi, letakkan tangan di antara kedua lutut klien, minta klien mengangkat salah satu tungkai, dorong tungkai kebawah.
8.      Abduksi panggul:posisikan klien telentang dengan kedua tungkai ekstensi, letakkan tangan pada permukaan lateral masing-masing lutut klien, minta klien meregangkan kedua tungkai, melawan tahanan pemeriksa.
9.      Adduksi panggul: posisikan klien telentang dengan kedua tungkai ekstensi, letakkan tangan di antara kedua lutut klien, minta klien mengangkat salah satu tungkai, minta klien merapatkan kedua tungkai melawan tahanan pemeriksa. Palpasi otot untuk memeriksa apakah ada kelainan otot, kekuatan otot.
10.  Bisep: minta klien merentangkan kedua lengan dan mencoba memeluknya, pemeriksa menahan lengan agar tetap ekstensi.
11.  Trisep: minta klien menekuk kedua lengan dan mencoba merentangkannya melawan usaha pemeriksa untuk membuat lengan klien tetap fleksi.
12.  Otot pergelanagan tangan dan jari-jari : minta klien merengangkan  kelima jari dan melawan usaha pemeriksa untuk mengumpulkan kelima jari.
13.  Kekuatan genggaman: minta klien menggenggam jari telunjuk dan jari tengah pemeriksa, tarik kedua jari dari genggaman klien.
14.  Hamstring: posisikan klien telentang, kedua lutut ditekuk minta klien meluruskan tungkai melawan tahan pemeriksa.
15.  Kuadrisep: posisikan klien telentang,lutut setengah ekstensi,klien menahan usaha pemeriksa untuk memfleksikan lutut.
16.  Otot mata kaki dan kaki : minta klien melawan usaha pemeriksa untuk mendorsofleksikan kakinya dan kembali melawan usaha pemeriksa untuk memfleksikan kakinya.
17.  Palpasi tulang ekstremitas dan setiap persendian untuk menemukan area yang mengalami edema atau nyeri tekan, tungka, bengkak, krepitasi, dan nodul.


Menghitung Repetisi Maksimum ( 1 RM )
Repetisi Maksimum adalah beban angkatan maksimal yang mampu dieksekusi seseorang dengan sempurna dan tidak mungkin diangkat lagi pada rep ke 2.
Sangat penting sebelum memulai suatu program latihan untuk menentukan angkatan 1RM, karena sebagian besar bahkan semua program latihan menggunakan 1RM sebagai acuan, hal ini didasarkan pada kemampuan orang-orang tidak lah sama.
Selain hal diatas 1RM juga berguna untuk mengetahui progress latihan yang kita lakukan.
Cara menghitung 1 RM:
1.      Ambillah beban secara acak yang sekiranya tidak terlalu ringan dan tidak       terlalu berat.
2.      Coba angkat dengan gerakan tertentu sebanyak mungkin.
3.      Hitung 1 RM dengan rumus
A kg x 100% / B% = 1 RM
4.      Jumlah repetisi yang mampu kita lakukan dimasukkan ke diagram Holten.
Gambar terkait


Contoh perhitungan 1 RM:
Seseorang ingin mengetahui “1RM” biseps brachii. Dia mengambil secara kira-kira beban seberat 7 kilogram. Ternyata ia mampu melakukan gerakan penguatan biseps sebanyak 22 kali.
Ketika angka repetisi tersebut dimasukkan ke diagram Holten, didapati kalau beban 7 kilogram tersebut merupakan 70% atau 0.7 dari repetisi maksimalnya. Dengan kata lain 7 kg adalah 70% dari kemampuan maksimal untuk mengangkat beban.

1RM = 7 x 100 / 70 = 10 kg
Dari penghitungan di atas kita dapati 1RM untuk otot biseps adalah sebesar 10 kg.
Kemudian dicocokkan dengan target yang ingin dicapai, sebagai berikut:

Target Latihan

Misalnya ingin meningkatkan massa otot, 1RM dikali 80% (antara 75-85%), maka beban yang harus dipakai sejumlah 10 kg (1RM) x 80% maka hasilnya adalah 8 kg. Untuk mencapai peningkatan masa otot, maka harus mengulang gerakan latihan biceps sebanyak 12 kali x 3 set dengan masa istirahat antar set selama 5 menit.
Hal yang sama juga berlaku bila target kita untuk peningkatan daya tahan atau kekuatan absolut. Pedoman ini dapat dipakai secara fleksibel. Bahkan ada pula yang mengkombinasikan ketiga metode ini dengan sebutan metode piramid.
Sebelum memulai latihan, jangan lupa pemanasan, peregangan, latihan inti kemudian pendinginan. Bila setelah latihan inti Anda masih merasa memiliki daya tahan, latihan kardio sangat dianjurkan baru kemudian pendinginan.Perhatikan waktu istirahat antar set. Gunakan waktu istirahat antar set untuk peregangan.

Kekuatan otot
1)   Intensitas: 60-70% 1 RM (Sedang), 80-100% (berat)
2)   Repetisi: 1-3 Set 8-12 repetisi (sedang)
3)   Istirahat: 2-3 menit (beban berat)

Power otot
1)   Intensitas: 30-60% upper eks, 0-60 % lower eks
2)   Repetisi: 1-3 Set 3-6 repetisi /latihan
3)   Istirahat: 2-3 menit (beban berat)

Hipertropi otot
1)   Beban: 70-85% 1 RM (Sedang), 70-100% (berat)
2)   Repetisi: 1-3 Set 8-12 repetisi (sedang)
3)   Istirahat: 2-3 menit (beban berat)

Daya tahan otot
1)   Intensitas: >70% 1 RM

  • 2)   Repetisi: 2-4 Set 10-25 repetisi /latihan
3)   Istirahat: 30-60 detik antar set




Tidak ada komentar

Posting Komentar

© Physiotherapy Aiska 18
Maira Gall